Rabu, 17 Februari 2016

Matahari

Wajah manis khas laki-laki Jogja itu terbingkai indah di dalam kalbu. Hidung bangir dan tubuh kurus tinggi selalu membayangi. Ketegasan sikap dan konsisten dalam kata mempesonakan aku.

Matanya yang bisa di bilang, tidak sipit tidak juga besar tapi bening dan cemerlang indah seakan jalan pintas menuju hatinya. Baik budinya, santun perangainya, dan sopan dalam tutur katanya semakin menunjukan bahwa dia pria berkelas.

Setelan jins dan kaos serta rambut yang sedikit berantakan klop dengan kulitnya yang sedikit kecoklatan manis khas orang Indonesia. 

Memang bukan laki laki dengan penampilan yang bisa di temui di masjid. Tetapi lelaki itu seumur hidupnya menjauhi hal-hal yang dilarang Allah karena nasehat Ayahnya.

Sang Hafiz yang sudah menghafal lebih dari 5 juz. Menarik perhatianku. Di balik pebampilan yang berandalan ada ketakutan pada Sang Maha Pencipta. Itu yang membuatnya berbeda dan aku semakin terpesona.

Dia sosok yang mengiringku untuk selalu dekat pada-Nya. Tidak hanya mengingatkan tapi mencontohkan. Walaupun seorang hafiz tapi dia sangat humoris. Tidak terlalu kaku tidak juga sembarangan. Dia tau batas-batas karena dia paham  akan Agama.

Kita tidak pernah pacaran. Tidak pernah bersentuhan sebelum ijab kabul dilisankan. Mungkin sebagian orang berpikir itu kuno. Tapi itu yang dicontohkan Nabi.

Hatiku tertaut padanya, hatinya pun begitu. Tapi kita sepakat untuk menyimpannya rapat-rapat dan membiarkan tidak saling tau. Kesepakatan yang tidak pernah di lisankan tapi seakan berjalan mengikuti sekenarionnya.

Aku ingat betul nada suaranya ketika dia mengulang kembali wasiat ayahnya. "Seburuk apa pun yang kamu lakukan, ingatlah kamu menyandang nama Muhammad!" Nasihat ayah yang telah mencegah laki laki itu untuk tidak menempuh jalan maksiat seumur hidupnya.

Muhammad Fahmi Gifahri. Matahari seja yang aku temukan di pelataran keraton Jogja.

4 komentar:

  1. Ada typo kayaknya mbak hana .
    Gntung ceritanya mbak, masih nerawang tokoh aku itu 😀

    BalasHapus
  2. EYD kata kerja pasifnya perlu diperhatiin lagi.

    Konsistensi tokoh utama pakai 'aku' atau 'kita'?
    Itu yg jdi bikin rancu.

    BalasHapus
  3. EYD kata kerja pasifnya perlu diperhatiin lagi.

    Konsistensi tokoh utama pakai 'aku' atau 'kita'?
    Itu yg jdi bikin rancu.

    BalasHapus
  4. Siap kak fikri dan kak rusdiyanti

    BalasHapus